Motivasi berprestasi dalam pembelajaran matematika
Motivasi
siswa dalam belajar matematika tidak terlepas dari teori motivasi
belajar secara umum. Kajian tentangg motivasi belajar siswa sudah lama
dilakukan oleh para ahli psikologi pembelajaran. Hampir setiap guru
mengakui bahwa motivasi menduduki fungsi penting dalam pembelajaran
matematika. Para siswa (kecuali benar-benar berminat sejak awal ) harus
didorong semangatnyadalam mempelajari matematika. Upaya tersebut dapat
dilakukan melalui penerapan strategi, pendekatan atau teknik yang tepat
dan menyenangkan dalam proses pembelajaran matematika.
Permasalahan-permasalahan psikologi yang berpeluang muncul pada diri
siswa dalam belajar matematika, dapat diatas dengan berbagai upaya yang
relevan.
Para ahli psikologi mendefenisikan motivasi sebagai proses internal
yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku dalam rentang
waktu tertentu ( Baron, 1992, Schunk, 1990). Menurut
istilah sederhana , motivasi adalah dorongan dari dalam diri yang
membuat seseorang berbuat, dan tetap berbuat dan menentukan ke arah mana
yang hendak diperbuat. Motivasi dalam pembelajaran adalah keinginan
untuk berusaha untuk memahami semua materi yang diberikan dan dibaca
untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Motivasi amat penting dan
menentukan seberapa jauh siswa mengalami proses belajar dalam kegiatan
pembelajaran atau seberapa jauh siswa dapat menyerap informasi yang
disajikan kepada mereka. Motiivasi pada diri siswa juga dapat muncul
dari sumber-sumber motivasi di luar tugas tersebut, seperti penghargaan
dari guru atas prestasi atau bagusnya pengerjaan tugas yang telah dibuat
oleh siswa.
Motivasi berprestasi merupakan salah satu konsepsi motivasi yang lebih
tinggi. Beberapa teori motivasi yang mendukung teori motivasi
berprestasi adalah : 1) teori harapan, 2) teori keadilan ( equity ), 3) teori sasaran ( goal ) , dan teori perlambangan ( attribution ).
1. TEORI HARAPAN
Motivasi
belajar untuk meraih prestasi baik bagi siswa dipengaruhi oleh perasaan
mereka tentang gambaran hasil tindakan atai kegiatan belajara mereka.
Siswa yang menginginkan peningkatan prestasi akan menunjukkan upaya
belajar yang sungguh-sungguh atau terbaik jika mereka menganggap upaya
belajar yang sungguh tersebut mendapat pengakuan atau penghargaan
sebagai siswa berprestasi atau siswa teladan.
Motivasi
berprestasi dipengaruhi oleh pilihan siswa atas cara atau jenis upaya
yang mereka kerahkan untuk mencapai hasil belajar yang terbaik. Hasil
belajar terbaik tersebut diidukung oleh suatu kondisi-kondisi tertentu
disebut sebagai perantara ( instrumentality). Faktor lain yang
dapat mempengaruhi tercapainya hasil terbaik adalah kekuatan keyakinan
atau kepercayaan siswa bahwa kegiatan atau tindakan tertentu memberikan
hasil belajar yang terbaik. Sehingga Vroom ( 1964)
mengembangkan suatu teori yang menggabungkan tiga konsep, yaitu
kemampuan bersenyawa ( valance ), alat perantara ( istrumentality ), dan
harapan ( expectancy ). Hasil dikembangkan lagi oleh Porter dan Lawler (
dalam Yulaelawati, 2004 ) dengan merumuskan tujuh dimensi yaitu :
1) anggapan orang yang bersangkutan atas nilai imbalan yang akan
diperoleh , 2) kekuatan pegharapan seseorang atas hasil tertentu serta
arah tindakan tertentu. 3) banyak upaya yang dikerahkan orang yang
bersangkutan, 4) kemampuan, perangai, dan keahlian tertenu yang
mempengaruhi cara seseorang melakukan pekerjaannya dengan baik, 5)
bagaimana orang memandang perannya dalam organisasi dan apa saja yang
mereka anggap sebagai perilaku layak, 6) perasaan tentang imbalan adil
untuk upaya yang dilakukan, 7) kepuasan orang itu mengenai pekerjaan dan
organisasi.
Implikasi
teori ini dalam motivasi berprestasi belajar adalah bahwa, motivasi
berprestasi siswa dalam belajar di pengaruhi oleh 1) pandangan siswa
atas nilai dan penghargaan yang tinggi, 2) kapasitas penghargaan atas
hasil belajar terbaik serta arah kegiatan bbelajarnya, 3) tingkatan
upaya yang dikerahkan siswa, 4) kemapuan, tingkah laku, dan kemampuan
tertentu yang mempengaruhi cara siswa melakukan pekerjaannya dengan
baik. 5) bagaimana siswa memandang perannya dalam organisasi sekolah dan
apa saja yang mereka anggap sebagai perilaku belajar yang layak. 6)
perasaan siswa atas imbalan atau penghargaan yang adil sesuai upaya yang
dilakukan, 7) kepuasan siswa mengenai kegiatan belajarnya dan
penghargaan yang diberikan oleh sekolah dan masyarakat.
2. Teori Keadilan ( equity )
Toeri
ini lebih menekankan faktah bahwa motivasi seseorang mungkin
dipengaruhi oleh perasaan seberapa baikkah mereka diperlukan di dalam
organisasi apabila dibandingkan dengan orang lain. Jika seseorang merasa
ia diperlukan secara tidak baik dibandingkan dengan perlakuan terhadap
orang lain yang dianggap sebanding di organisasinya, maka kemungkinan
besar orang tersebut kurang termotivasi untuk menunjukan kinerjanya yang
baik.
Implikasinya
dalam motivasi berprestasi siswa dalam belajar adalah bahwa, motivasi
siswa mungkin dipengaruhi oleh perasaan seberapa baikkah mereka
diperlakukan oleh lingkungan belajarnya ( teman, guru atau kepala
sekolah, dan orang tua mereka ) jika dibandingkan dengan siswa lainnya.
Jika seorang siswa merasa ia diperlukan secara tidak baik oleh orang-
orang di lingkungan belajarnya dibandingkan dengan perlakuan terhadap
siswa lain yang dianggap sebanding dengannya, maka kemingkinan besar
siswa tersebut kurang termotivasiuntuk menunjukkan upaya belajar yang
baik
3. Teori Sasaran ( goal )
Toeri
ini mengacu kepada kepercayaan bahwa sasaran seseorang ditentukan oleh
cara mereka berperilaku dalam pekerjaannya serta intensitas upaya yang
mereka lakukan. Ada indikasi bahawa seseorang yang memilki sasaran yang
sangat jelas dapat membantu orang tersebut meningkatkan dorongan
minatnya menunjukkan kinerja yang lebih baik.
Implikasinya
dalam pembelajaran adalah bahwa, sasaran seseorang siswa ditentukan
oleh cara siswa tersebut berperilaku dalam belajarnya serta intensitas
belajar yang mereka upayakan. Seorang siswa yang memilki sasaran yang
sangat jelas dapat membantu siswa tersebut meningkatkan dorongan
minatnya menunjukkan upaya kerasnya dalam belajar. Sehingga dalam
praktik pembelajaran , hendaknnya guru menjamin bahwa seluruh peserta
didiknya dapat melihat kompetensi dasar indikaot – indikatornya.
4. Teori perlambangan
Teori
ini menyatakan bahwa motivasi seseorang tergantung pada faktor-faktor
eksteral. Faktor- faktor internal tersebut berupa atribut pribadi
seseorang terkait dengan status sosial atau pekerjaan yang ditanganinya
dan jenisnya.
Implikasinya
dalam proses pembelajaran adalah bahwa motivasi belajar seorang siswa
untuk mencapai prestasi yang terbaik tergantung pada faktor – faktor
internal maupun faktor- faktor eksternal. Faktor – fakktor internal
tersebut berupa atribut pribadi siswa tersebut terkait dengan statusnya
sebagai pelajar. Status tersebut dapat berupa status sebagai siswa pada
sekolah favorit, ,maupun sebagai siswa teladan atau berprestasi, dapat
pula status sebagai siswa dengan prestasi sedang maupun rendah,
tergantung pandangan siswa terhadap status yang disandang terkait dengan
upaya belajarnya. Sedangkan faktor eksternal dapat berupa kebijakan
sekolah, tingkat kesulitan materi pelajaran yang harus dikausainya,
sikap dan kemampuan guru dalam pengelolaan proses pembelajarana dan
sejenisnya.
Daftar Pustaka
Baron, R.A. (1992). Psychology (2nd ed). Boston : Allyn dan Bacon
Schunk, D.H . (1990). Introduction to the special section on Motivation and Efficacy. Journal of Educational Psychology. 82. Hal 1.6
Yulaelawati Ella (2004 ) . Kurikulum dan Pembelajaran , Filosofi, Teori dan Aplikasi. Bandung : pakar Raya Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar