Kamis, 22 Desember 2011

Motivasi Belajar

Motivasi berprestasi dalam pembelajaran matematika
 
Motivasi  siswa dalam belajar matematika tidak terlepas dari teori motivasi belajar secara umum. Kajian tentangg motivasi belajar siswa sudah lama dilakukan oleh para ahli psikologi pembelajaran. Hampir setiap guru mengakui bahwa motivasi menduduki fungsi penting dalam pembelajaran matematika. Para siswa (kecuali benar-benar berminat sejak awal ) harus didorong semangatnyadalam mempelajari matematika. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui penerapan strategi, pendekatan atau teknik yang tepat dan menyenangkan dalam proses pembelajaran matematika. Permasalahan-permasalahan psikologi yang berpeluang muncul pada diri siswa dalam belajar matematika, dapat diatas dengan berbagai upaya yang relevan.
 
Para ahli psikologi mendefenisikan motivasi sebagai proses internal yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku dalam rentang waktu tertentu ( Baron, 1992, Schunk, 1990). Menurut istilah sederhana , motivasi adalah dorongan dari dalam diri yang membuat seseorang berbuat, dan tetap berbuat dan menentukan ke arah mana yang hendak diperbuat. Motivasi dalam pembelajaran adalah keinginan untuk berusaha untuk memahami semua materi yang diberikan dan dibaca untuk  memperoleh hasil yang memuaskan. Motivasi amat penting dan menentukan seberapa jauh siswa mengalami proses belajar dalam kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh siswa dapat menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Motiivasi pada diri siswa juga dapat muncul dari sumber-sumber motivasi di luar tugas tersebut, seperti penghargaan dari guru atas prestasi atau bagusnya pengerjaan tugas yang telah dibuat oleh siswa.
 
Motivasi berprestasi merupakan salah satu konsepsi motivasi yang lebih tinggi. Beberapa teori motivasi yang mendukung teori motivasi berprestasi adalah : 1) teori harapan, 2) teori keadilan ( equity ), 3) teori sasaran ( goal ) , dan teori perlambangan ( attribution ).

1.    TEORI HARAPAN
Motivasi belajar untuk meraih prestasi baik bagi siswa dipengaruhi oleh perasaan mereka tentang gambaran hasil tindakan atai kegiatan belajara mereka. Siswa yang menginginkan peningkatan prestasi  akan menunjukkan upaya belajar yang sungguh-sungguh atau terbaik jika mereka menganggap upaya belajar yang sungguh tersebut mendapat pengakuan atau penghargaan sebagai siswa berprestasi atau siswa teladan.
 
Motivasi berprestasi dipengaruhi oleh pilihan siswa atas cara atau jenis upaya yang mereka kerahkan untuk mencapai hasil belajar yang terbaik. Hasil belajar terbaik tersebut diidukung oleh suatu kondisi-kondisi tertentu disebut sebagai perantara ( instrumentality). Faktor lain yang dapat mempengaruhi tercapainya hasil terbaik adalah kekuatan keyakinan atau  kepercayaan siswa bahwa kegiatan atau tindakan tertentu memberikan hasil belajar yang terbaik. Sehingga Vroom ( 1964) mengembangkan suatu teori yang menggabungkan tiga konsep, yaitu kemampuan bersenyawa ( valance ), alat perantara ( istrumentality ), dan harapan ( expectancy ). Hasil dikembangkan lagi oleh Porter dan Lawler ( dalam Yulaelawati, 2004 ) dengan merumuskan tujuh dimensi yaitu : 1) anggapan orang yang bersangkutan atas nilai imbalan yang akan diperoleh , 2) kekuatan pegharapan  seseorang atas hasil tertentu serta arah tindakan tertentu. 3) banyak upaya yang dikerahkan orang yang bersangkutan, 4) kemampuan, perangai, dan keahlian tertenu yang mempengaruhi cara seseorang melakukan pekerjaannya dengan baik, 5) bagaimana orang memandang perannya dalam organisasi dan apa saja yang mereka anggap sebagai perilaku layak, 6) perasaan tentang imbalan adil untuk upaya yang dilakukan, 7) kepuasan orang itu mengenai pekerjaan dan organisasi.
 
Implikasi teori ini dalam motivasi berprestasi belajar adalah bahwa, motivasi berprestasi siswa dalam belajar di pengaruhi oleh 1) pandangan siswa atas nilai dan penghargaan yang tinggi, 2) kapasitas penghargaan atas hasil belajar terbaik serta arah kegiatan bbelajarnya, 3) tingkatan upaya yang dikerahkan siswa, 4) kemapuan, tingkah laku, dan kemampuan tertentu yang mempengaruhi cara siswa melakukan pekerjaannya dengan baik. 5) bagaimana siswa memandang perannya dalam organisasi sekolah dan apa saja yang mereka anggap sebagai perilaku belajar yang layak. 6) perasaan siswa atas imbalan atau penghargaan yang adil sesuai upaya yang dilakukan, 7) kepuasan siswa mengenai kegiatan belajarnya dan penghargaan yang diberikan oleh sekolah dan masyarakat. 

2.    Teori Keadilan ( equity )
Toeri ini lebih menekankan faktah bahwa motivasi seseorang mungkin dipengaruhi oleh perasaan seberapa baikkah mereka diperlukan di dalam organisasi apabila dibandingkan dengan orang lain. Jika seseorang merasa ia diperlukan secara tidak baik dibandingkan dengan perlakuan terhadap orang lain yang dianggap sebanding di organisasinya, maka kemungkinan besar orang tersebut kurang termotivasi untuk menunjukan kinerjanya yang baik.
 
Implikasinya dalam motivasi berprestasi siswa dalam belajar adalah bahwa, motivasi siswa  mungkin dipengaruhi oleh perasaan seberapa baikkah mereka diperlakukan oleh lingkungan belajarnya ( teman, guru atau kepala sekolah, dan orang tua mereka ) jika dibandingkan dengan siswa lainnya. Jika seorang siswa merasa ia diperlukan secara tidak baik oleh orang- orang di lingkungan belajarnya dibandingkan dengan perlakuan terhadap siswa lain yang dianggap sebanding dengannya, maka kemingkinan besar siswa tersebut kurang termotivasiuntuk menunjukkan upaya belajar yang baik

3.    Teori Sasaran ( goal )
Toeri ini mengacu kepada kepercayaan bahwa sasaran seseorang ditentukan oleh cara mereka berperilaku dalam pekerjaannya serta intensitas upaya yang mereka lakukan. Ada indikasi bahawa seseorang yang memilki sasaran yang sangat jelas dapat membantu orang tersebut meningkatkan dorongan minatnya menunjukkan kinerja yang lebih baik.
 
Implikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa, sasaran seseorang siswa ditentukan oleh cara siswa tersebut berperilaku dalam belajarnya serta intensitas belajar yang mereka upayakan. Seorang siswa yang memilki sasaran yang sangat jelas dapat membantu siswa tersebut meningkatkan dorongan minatnya menunjukkan upaya kerasnya dalam belajar. Sehingga dalam praktik pembelajaran , hendaknnya guru menjamin bahwa seluruh peserta didiknya dapat melihat kompetensi dasar indikaot – indikatornya.
   
4.    Teori perlambangan
Teori ini menyatakan bahwa motivasi seseorang tergantung pada faktor-faktor eksteral. Faktor- faktor internal tersebut berupa atribut pribadi seseorang terkait dengan status sosial atau pekerjaan yang ditanganinya dan jenisnya.
 
Implikasinya dalam proses pembelajaran adalah bahwa motivasi belajar seorang siswa untuk mencapai prestasi yang terbaik tergantung pada faktor – faktor internal maupun faktor- faktor eksternal. Faktor – fakktor internal tersebut berupa atribut pribadi siswa tersebut terkait dengan statusnya sebagai pelajar. Status tersebut dapat berupa status sebagai siswa pada sekolah favorit, ,maupun sebagai siswa teladan atau berprestasi, dapat pula status sebagai siswa dengan prestasi sedang maupun rendah, tergantung pandangan siswa terhadap status yang disandang terkait dengan upaya belajarnya. Sedangkan faktor eksternal dapat berupa kebijakan sekolah, tingkat kesulitan materi pelajaran yang harus dikausainya, sikap dan kemampuan guru dalam pengelolaan proses pembelajarana dan sejenisnya. 

 Daftar Pustaka
Baron, R.A. (1992). Psychology (2nd ed). Boston : Allyn dan Bacon
Schunk, D.H . (1990). Introduction to the special section on Motivation and Efficacy. Journal of Educational Psychology. 82. Hal 1.6
Yulaelawati Ella (2004 ) . Kurikulum dan Pembelajaran , Filosofi, Teori dan Aplikasi. Bandung : pakar Raya Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar