Kamis, 29 Maret 2012

Ranah Penilaian Kognitif

1.   Pengertian ranah penilaian kognitif 
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.  Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. 
Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor).
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:  
1. Ranah proses berfikir (cognitive domain)  
2. Ranah nilai atau sikap (affective domain)
3. Ranah keterampilan (psychomotor domain)
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
  • Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah. 
  • Pemahaman (comprehension) Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
  • Penerapan (application) Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman. 
  • Analisis (analysis) Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
  • Sintesis (syntesis) Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
  • Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
2.   Ciri-ciri Ranah Penilaian Kognitif
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab-akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Dengan demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut yaitu: 
  1. Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagianya. 
  2. Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
  3. Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahlcan berbagai masalah yang timbuldalam kehidupan sehari-hari.
  4. Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.
  5. Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
  6. Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.
3.   Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif

 Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik. Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis.
Bentuk tes kognitif diantaranya;
  • tes atau pertanyaan lisan di kelas, 
  • pilihan ganda, 
  • uraian obyektif, 
  • uraian non obyektif atau uraian bebas, 
  • jawaban atau isian singkat,
  • menjodohkan,
  • portopolio dan
  • performans.
Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah:
  1. Ingatan (C1) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan, metode. 
  2. Pemahaman (C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan.
  3. Penerapan (C3), yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring & menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur.
  4. Analisis (C4), Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau suatu fakta/ objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan membandingkan, menganalisis, menemukan, mengalokasikan, membedakan, mengkategorikan.
  5. Sintesis (C5), Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan. 
  6. Evaluasi (C6), Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap sustu situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan, mempertimbangkan dan menentukan.












Senin, 26 Maret 2012

Sejarah Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Atau dengan kata lain, taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.

Mengacu pada Taksonomi Bloom ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1.    Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2.    Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3.    Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.
Menurut Jenny Bashiruddin, penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan. Kegiatan berfikir dan bukan dengan perasaan. Kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Ciri-ciri penalaran : proses berfikir logis dan bersifat analisis.
Menurut I Wayan Santyasa, reasoning atau penalaran  merupakan aktivitas atau proses-proses berpikir. Proses berpikir merupakan seperangkat operasi mental, yang meliputi: pembentukan konsep, pembentukan prinsip, pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian. Proses-proses tersebut pada umumnya saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya. Proses-proses pembentukan konsep, pembentukan prinsip, dan pemahaman merupakan proses-proses pengkonstruksian pengetahuan. Proses-proses pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian merupakan aplikasi konsep, prinsip, dan pemahaman.
Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas level retention atau recall (retensi atau memanggil). Reasoning meliputi: basic thinking, critical thinking, dan creative thinking. Hubungan antara retention dan reasoning dapat dilukiskan seperti pada Gambar 1. Pada gambar tersebut, reasoning meliputi basic thinking dan higher-order thinking skills. Higher-order thinking skills meliputi critical dan creative thinking.

Selasa, 20 Maret 2012

Apa Perbedaan Skripsi, Tesis, dan Disertasi

Bagi para mahasiswa di Indonesia, terutama mahasiswa pascasarjana, pertanyaan seperti itu kerap muncul terutama ketika mereka akan melakukan riset atau menulis karya ilmiah dalam rangka penyelesaian tugas akhir mereka. Kebingungan biasanya muncul ketika dosen pembimbing atau supervisor atau promotor mereka mulai menanyakan, dimana posisi penelitian mereka dalam kerangka state of the art dari studi atau disiplin yang mereka geluti.

Kebingungan juga terjadi pada sebagian mahasiswa doktoral, ketika supervisor atau promotornya menanyakan hal yang sama. Mungkin kita heran, bagaimana bisa seorang kandidat doktor tidak bisa membedakan seperti apa karya tesis dan seperti apa karya disertasi ?  Tapi ternyata memang demikian adanya, masih banyak kandidat doktor yang belum memahami apa tujuan atau filosofi penyelenggaraan pendidikan tinggi, apa filosofi sarjana, pendidikan diploma/vocational, S-2 (master/magister) dan apa filosofi pendidikan doktoral.

Maka tak heran, apabila banyak orang berbondong-bondong melanjutkan pendidikan formalnya baik ke jenjang magister maupun doktor, sementara mereka tidak tahu untuk apa sesungguhnya mereka melakukan itu. Katakanlah, seorang pejabat di daerah, misalnya saja seorang bupati atau walikota, atau anggota DPRD atau mungkin camat, kemudian mereka menempuh pendidikan S-3. Sepanjang pengetahuan saya, ketika seseorang ingin menentukkan topik disertasi, maka ia harus benar-benar paham state of the art dari disiplin ilmu yang ia geluti ? Maksudnya adalah agar dengan disertasinya nanti ia dapat memberi kontribusi bagi pengembangan ilmunya tersebut, karena memang demikianlah seyogianya tugas seorang kandidat doktor. Sebagai konsekuensinya tentu ia harus membaca secara lengkap, text book dasar dan advance tentang disiplin ilmunya, serta membaca ratusan jurnal terbaru tentang disiplin ilmunya, sehingga ia memiliki peta yang jelas dan benar tentang perkembangan disiplin ilmunya. Tetapi saya ragu, kalau mayoritas contoh kasus pejabat tadi mau melakukan hal tersebut.

Bagi mereka, karena pemahamannya yang belum benar tentang filosofi penyelenggaraan pendidikan pascasarjana, membuat disertasi tidak ubahnya membuat skripsi sebagaimana yang pernah mereka lakukan dahulu (mungkin sudah puluhan atau belasan tahun yang lalu).  Maka tak heran apabila sangat sedikit karya ilmiah ilmuwan Indonesia yang dijadikan rujukan oleh komunitas ilmuwan dunia.

Tulisan ini akan memberikan sedikit pemahaman tentang apa sebenarnya tesis dan disertasi itu ? sehingga apabila seseorang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pascasarjana, tidak bersikap asal-asalan atau “tanggung”. Dengan memahami apa itu tesis dan disertasi, serta apa perbedaannya dengan skripsi maka diharapkan akan lahir tesis-tesis atau disertasi-disertasi dari para pelajar Indonesia yang lebih mencerahkan lagi.

Perbedaan Tesis & Disertasi
Di bawah ini saya kutipkan salah satu pendapat tentang perbedaan tesis dan disertasi. Menurut salah satu pendapat Master’s Thesis adalah : Anda melakukan penelitian menyeluruh pada topik tertentu dan menyajikan wacana Anda tergantung pada jenis informasi yang Anda kumpulkan pada subjek dengan pemandangan Anda di atasnya. Diperbaiki PhD Disertasi Tesis: Hal ini membutuhkan penelitian asli Anda dan menambahkan sesuatu yang baru untuk literatur yang ada. Biasanya diperlukan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikannya.

Pendapat lain adalah bahwa kedua istilah itu dapat digunakan atau menggantikan satu dengan yang lainnya ( interchangeable.) Keduanya ditulis wacana mengenai subyek tertentu. Tesis menyiratkan bahwa penelitian asli yang terlibat. Disertasi menyiratkan bahwa Anda telah melihat ke sesuatu dan sedang mengatur apa yang Anda telah temukan dan mungkin termasuk pikiran Anda di atasnya. Jadi Tesis adalah apa yang Anda akan tulis untuk memperoleh gelar yang lebih tinggi, tetapi disertasi ini lebih mungkin untuk menjadi bagian kecil dari tingkat pertama. 

Yang lainnya: Disertasi dan tesis keduanya digunakan secara bergantian. Tapi mereka tidak sama. Untuk disertasi, satu hanya untuk mengumpulkan materi dari bahan referensi yang berbeda dan termasuk pendapat dan argumen yang di atasnya. Tapi tesis jauh lebih dari itu. Tesis perlu penelitian asli yang dilakukan oleh satu, meskipun seseorang bebas untuk merujuk bahan untuk itu juga. Diferensiasi ini digunakan oleh universitas di seluruh dunia. Di AS, disertasi adalah penyampaian untuk seluruh program sementara tesis adalah untuk mendaftar ke program master. Di Inggris, tesis adalah untuk menerapkan untuk M.Phil atau Ph.D / gelar doktor sementara disertasi adalah untuk beberapa laporan proyek sarjana. Kedua jenis pengiriman akademisi berbasis memerlukan siswa untuk mengambil data dari semua materi referensi yang telah mereka kumpulkan dan mengaturnya dalam sebuah laporan rapi diketik. Pekerjaan mengetik dapat mengambil banyak waktu, jika siswa memilih untuk melakukannya sendiri. Tapi untuk menghemat waktu dan memanfaatkan waktu yang disimpan untuk lebih penelitian, disarankan bagi siswa untuk pergi untuk Transkripsi Disertasi.

Terakhir: Jika Anda ingin tahu lebih banyak tentang disertasi dan tesis, Anda memilih situs yang tepat. Artikel ini memberitahu Anda tentang perbedaan utama antara disertasi dan tesis, yang harus Anda pertimbangkan.

Disertasi dan tesis dua jenis tulisan akademis yang harus dilakukan oleh mahasiswa untuk mendapatkan gelar, dan di sini adalah satu perbedaan utama antara disertasi dan tesis. Disertasi merupakan karya, yang harus dilakukan untuk mendapatkan gelar doktor, dan tesis adalah jenis pekerjaan, yang harus ditulis oleh mahasiswa untuk mendapatkan gelar master.

Berbagai jenis derajat memerlukan tulisan akademis yang berbeda: disertasi dan tesis hanya untuk ini. Anda harus dengan jelas memahami perbedaan sebelum Anda mulai menulis disertasi atau tesis.

Disertasi dan tesis juga berbeda dalam cara mereka persiapan. Ketika Anda menulis proyek tesis Anda, adalah mungkin untuk menggunakan penelitian seseorang - Anda mungkin mempelajarinya dan membuktikan dengan beberapa data teoritis, dan sebagai untuk disertasi, perlu untuk membuat penelitian sendiri. Hanya penelitian Anda, berdasarkan pengetahuan latar belakang Anda, bisa sesuai. Jadi, cobalah untuk berhati-hati dan penuh perhatian.

Seperti yang Anda lihat, adalah mustahil untuk mengatakan bahwa disertasi dan tesis adalah sinonim dari semua sisi. Kita bahkan dapat mengatakan bahwa salah satu dari dua pengertian berdiri sedikit lebih tinggi, adalah disertasi, dan tesis mengambil lebih rendah berdering.

Struktur disertasi dan tesis adalah sama: pengantar, tinjauan literatur, tubuh, utama kesimpulan, daftar pustaka, dan lampiran. Nah, mungkin perlu berupaya lebih ke menulis disertasi yang baik, dan tesis dapat merupakan varian tambahan, yang akan mengambil upaya-upaya tidak banyak, tapi masih memberi Anda kesempatan untuk mendapatkan gelar.