Senin, 09 April 2012

PERKEMBANGAN DAERAH PERKEBUNAN DI SUMATERA TIMUR

Meskipun belanda menjelang akhir abad ke 19 telah mulai membuka berbagai daerah luar jawa untuk eksploitasi ekonomi. Permulaan ekonomi yang pesat terjadi pada waktu Jacob Nienhuis, seoran pengusaha perkebunan belanda mengunjungi pantai timur Sumatera Utara untuk menyelidiki kemungkinan-kemungkinan untuk menanam tembakau didaerah ini.

Medan tidak mengalami perkembangan pesat hingga tahun 1860-an, ketika penguasa-penguasa Belanda mulai membebaskan tanah untuk perkebunan tembakau. Jacob Nienhuys, Van der Falk, dan Elliot, pedagang tembakau asal Belanda memelopori pembukaan kebun tembakau di Tanah Deli. Nienhuys yang sebelumnya berbisnis tembakau di Jawa, pindah ke Deli diajak seorang Arab Surabaya bernama Said Abdullah Bilsagih, Saudara Ipar Sultan Deli, Mahmud Perkasa Alam Deli. Jacob Nienhuys datang dari Negeri Belanda dan tiba di Deli, Sumatera Timur, pada 1863. Mata pencaharian penduduk sultanat Deli ini adalah perdagangan dan nelayan. Perkebunan belum menjadi perhatian saat itu.

Nienhuys datang dengan satu tujuan: membuka perkebunan tembakau, komoditas yang mulai naik daun pada akhir abad 19 karena merokok mulai menjadi gaya hidup. Soal tanah tidak masalah. Sultan Deli memberi Nienhuys tanah seluas yang dia inginkan dan Nienhuys tak perlu membayar seperak pun. Nienhuys pertama kali berkebun tembakau di tanah milik Sultan Deli seluas 4.000 Bahu di Tanjung Spassi, dekat Labuhan. Maret 1864, Nienhuys mengirim contoh tembakau hasil kebunnya ke Rotterdam, Belanda untuk diuji kualitasnya. Ternyata, daun tembakau itu dianggap berkualitas tinggi untuk bahan cerutu. Melambunglah nama Deli di Eropa sebagai penghasil bungkus cerutu terbaik. Hasil ekspor tembakau Deli ini kemudian menguasai pasar Eropa karena mempunyai mutu yang sangat baik untuk bahan pembuat cerutu. Maka mulailah Deli dibanjiri investasi besar-besaran dari para investor Eropa terutama dari para pengusaha negeri Belanda dalam investasi disektor perkebunan tembakau.

Penduduk Deli dan sekitarnya, pada tahun 1874 hanya berjumlah sekitar 32.000 orang yang terdiri dari 20.000 orang Batak dan 12.000 orang Melayu. Keadaan ini tentunya tak menunjang bagi terciptanya iklim investasi yang kondusif untuk mendukung percepatan dan perkembangan penanaman modal di sektor perkebunan tembakau. Dikarenakan itu maka para investor mulai mendatangkan tenaga kerja dari orang Cina asal Malaka.

Namun rupanya upaya itu belum cukup untuk mendukung iklim yang kondusif bagi pesatnya investasi di bidang perkebunan tembakau di deli. Untuk itu pada tahun 1879 dibentuklah organisasi yang diberi nama ‘Deli Planters Vereeniging’ dengan tujuan untuk mengordinasikan perekrutan tenaga kerja yang murah dalam rangka mendukung banjirnya investasi perkebunan tembakau di Deli.

Selanjutnya, Deli Planters Vereeniging ini membuat kontrak dengan sejumlah biro pencari tenaga kerja untuk mendatangkan buruh buruh murah. Maka mulailah didatangkan secara besar-besaran kuli-kuli dari orang Jawa asal daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Pesatnya perkembangan Kampung "Medan Putri", juga tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Jacob Nienhuys, Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en Mainz & Co, tanah seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Pada bulan Maret 1864, contoh hasil panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu.

Perjanjian tembakau ditandatangani Belanda dengan Sultan Deli pada tahun 1865. Selang dua tahun, Nienhuys bersama Jannsen, P.W. Clemen, dan Cremer mendirikan perusahaan De Deli Maatschappij yang disingkat Deli Mij di Labuhan. Pada tahun 1869, Nienhuys memindahkan kantor pusat Deli Mij dari Labuhan ke Kampung Medan. Kantor baru itu dibangun di pinggir sungai Deli, tepatnya di kantor PTPN II (eks PTPN IX) sekarang. Dengan perpindahan kantor tersebut, Medan dengan cepat menjadi pusat aktivitas pemerintahan dan perdagangan, sekaligus menjadi daerah yang paling mendominasi perkembangan di Indonesia bagian barat. Pesatnya perkembangan perekonomian mengubah Deli menjadi pusat perdagangan yang mahsyur dengan julukan het dollar land alias tanah uang. Mereka kemudian membuka perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal pada tahun 1869, serta sungai Beras dan Klumpang pada tahun 1875.

Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan Deli Maatschappij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan Klumpang (1875), sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung "Medan Putri". Dengan demikian "Kampung Medan Putri" menjadi semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai "Kota Medan".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar